Ibadah Yang Benar Akan Melahirkan Buah Yang Benar - Kitab Al-Ubudiyah (Ustadz Abdullah Taslim, M.A.)

Beranda | Artikel

Ibadah Yang Benar Akan Melahirkan Buah Yang Benar - Kitab Al-Ubudiyah (Ustadz Abdullah Taslim, M.A.)

Selasa, 10 April 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Ibadah Yang Benar Akan Melahirkan Buah Yang Benar merupakan kajian Islam yang disampaikan oleh: Ustadz Abdullah Taslim, Lc. MA. dalam pembahasan “العبودية (Al-Ubudiyah)” karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. Kitab ini membahas berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ibadah dan penghambaan diri. Kajian ini disampaikan pada 29 Jumadil awal 1439 H / 15 Februari 2018 M.

Kajian Ibadah Yang Benar Akan Melahirkan Buah Yang Benar – Kitab Al-‘Ubudiyah

Kajian ini masih menjelaskan tentang keadaan yang dialami oleh sekelompok manusia ketika “katanya” mereka sedang berkonsentrasi atau sedang khusyu’ kepada Allah, kemudian ditimpa keadaan-keadaan yang terkadang pingsan, seperti orang yang mabuk, atau yang mereka istilahkan dengan melebur. Ternyata hal-hal ini tidak dialami oleh orang-orang yang jelas direkomendasikan kesempurnaan iman mereka dalam Al-Qur’an dan dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hal ini menunjukkan bahwa perkara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam. Tidak mungkin sesuatu yang timbul dari ibadah yang benar, kekhusyu’an yang benar, kedekatan dan cinta yang benar kepada Allah akan menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan agama-Nya dan jika seandainya ini benar, maka tidak akan mungkin hal tersebut tidak pernah kita dapatkan keterangannya dari perbuatan para Nabi dan para Rasul. Padahal merekalah makhluk-makhluk yang paling sempurna kedudukannya. Juga setelah itu para sahabat radhiyallahu ’anhum ajma’in.

Sesungguhnya permulaan timbulnya muncul sikap-sikap seperti ini dalam beribadah dimulai digenerasi Tabi’in yang ada di penduduk Bashrah yang dikenal ahli-ahli ibadah dikalangan mereka. Diantara mereka ada yang langsung pingsan ketika mendengarkan Al-Qur’an, ada juga yang langsung meninggal dunia.

Dari sini kita ketahui bahwa perbuatan yang dianggap sebagai ungkapan tenggelamnya seseorang dalam khusyu’, dalam cinta kepada Allah, bukanlah contoh dari para sahabat contoh terbaik umat ini. Bukan juga contoh perbuatan para Nabi dan para Rasul. Padahal ini dianggap luar biasa oleh sebagian orang. Jadi ibadah itu ada contohnya. Sehingga sikap-sikap yang lahir akan terlihat sebagaimana yang akan lahir dari perbuatannya orang-orang yang shalih sebelum kita. Sesuatu yang benar akan melahirkan buah yang benar. Akan menimbulkan sikap-sikap yang benar setelahnya. Tidak akan mungkin orang yang ibadahnya benar lantas terlihat seperti orang gila. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling mulia tidak pernah menampakkan sikap yang rendah seperti demikian.

Demikian pula, terjadilah dibeberapa tokoh-tokoh atau guru-guru yang berpemahaman tasawwuf yang ketika beribadah muncul perasaan melebur atau seperti orang mabuk yang menjadikan mereka lemah dalam membedakan ucapan yang keluar. Apalagi saat itu dia sedang dekat-dekatnya dengan Allah. Tentu jika itu benar, Allah akan menjaganya dari ucapan atau perbuatan yang keliru.